Skip to main content

Peranan Teknologi Pendidikan Dalam Mengatasi Rendahnya Kualitas Guru

Peranan Teknologi Pendidikan Dalam Mengatasi Rendahnya Kualitas Guru


A.    Latar Belakang
Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan
Guru yang berkualitas adalah yang memenuhi standar pendidik, menguasai materi/isi pelajaran sesuai dengan standar isi, dan menghayati dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan standar proses pembelajaran.
      Berdasarkan ketentuan PP No. 19 Tahun 2005 yang kemudian diikuti dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007, standar proses pembelajaran harus meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien
Teknologi berasal dari bahasa yunani yaitu technologia yang menurut Webster Dictionary berarti systematic treatment atau penanganan sesuatu secara sistematis, sedangkan techne sebagai dasar kata teknologi berarti art, skill, science atau keahlian, ketarampilan dan ilmu. Jadi teknologi pendidikan diartikan sebagai pegangan atau pelaksanaan pendidikan secara sistematis.
Sedangkan dalam pengertian lain teknologi pendidikan adalah suatu proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide, alat dan organisasi, untuk menganalisis masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah yang berhubungan dengan segala aspek belajar.
Teknologi Pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengealuasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam betuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah, bagaimana kulifikasi guru yang berkualitas dan peranan teknologi pendidikan dalam mengatasi rendahnya kualitas guru
C.    Batasan Masalah
a. Bagaimana ciri-ciri guru yang berkualitas?
b. Bagaimana peranan Teknologi Pendidikan mengatasi rendahnya kualitas guru?
D.    Manfaat Penulisan
a. Bagi pembaca sebagai pengetahuan tentang bagaimana ciri-ciri guru yang berkualitas
b. Bagi lulusan S1 Teknologi pendidikan sebagai masukan untuk meningkatkat kualitas pembelajaran
c.    Bagi penulis untuk melengkapi tugas mata kuliah seminar

II PEMBAHASAN

A.    Guru Berkualitas

Menurut Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang dimaksud dengan guru yang berkualitas adalah guru yang profesional. Ada beberapa istilah yang bertautan dengan kata profesional, yaitu profesi, profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi.
Menurut Sanusi, dkk (1991:19) profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut  keahlian (expertise) dari para anggotanya. Artinya, pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu (pendidikan/latihan pra-jabatan) maupun setelah menjalani profesi  (in-service-training).
Ciri-ciri pokok profesi oleh Supriadi (1998: 96-97) berikut ini:
  1. Pekerjaan itu mempunyai fungsi dan signifikansi sosial karena diperlukan mengabdi kepada masyarakat. Di pihak lain, pengakuan masyarakat merupakan syarat mutlak bagi suatu profesi, jauh lebih penting dari pengakuan pemerintah.
  2. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang ‘lama’ dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan  (accountable). Proses pemerolehan keterampilan itu bukan hanya rutin, melainkan bersifat pemecahan masalah. Jadi dalam suatu profesi, independen judgment berperanan dalam mengambil keputusan, bukan sekadar menjalankan tugas.
  3. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu (a systematic body of knowledge), bukan sekadar serpihan atau hanya common sense.
  4. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sangsi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode etik. Pengawasan terhadap ditegakannya kode etik dilakukan oleh organisasi profesi.
Secara luas kata profesional menunjukkan pada seseorang yang ahli atau terampil dalam seni dan atau aktivitas tertentu. Seorang profesional melakukan suatu aktivitas untuk menerima bayaran atas apa yang ia kerjakan yang biasanya menurut keahlian dan keahlian itu dianggap penting secara sosial dan kebiasaannya. Melakukan sesuatu secara profesional berarti menunjuk bahwa aktivitas seseorang itu mengikuti aturan-aturan khusus, tertulis maupun tidak tertulis mengenai perilaku, pakaian, cara bicara dan lain-lain.
Menurut Goodlad, et al (Webb: 2002: 47-61), ada tiga gagasan yang diterima secara umum dalam literatur pendidikan tentang guru yang profesional. Pertama, seorang profesional harus memiliki tingkat bakat dan keterampilan yang tinggi. Kedua, profesional harus menggunakan keilmuannya untuk mendukung pekerjaannya, ketiga, profesional harus memiliki otonomi untuk membuat keputusan  yang menggabungkan antara keterampilan dan pengetahuannya. Alasan konseptual mengemukakan bahwa guru memerlukan keterlibatan pemikiran kompleks yang efektif dalam pekerjaannya. Misalnya, keragaman siswa memerlukan guru yang dapat mempertimbangkan cara mengajar  yang sesuai supaya materi dapat disampaikan kepada siswa dengan berbagai latar belakang kemampuan
Educational Leadership dalam Supriadi (1998:98) menulis bahwa untuk menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal:
1.  Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada  kepentingan siswanya.
2.  Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
3. Guru bertanggungjawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
4.      Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang  telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa.
5.      Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
Profesionalisme (professionalism) berarti sifat profesional. Menurut Danim (2002:23) orang yang profesional memiliki sikap-sikap yang berbeda dengan orang yang tidak profesional meskipun dalam pekerjaan yang sama.
Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu.

B. Peran Teknologi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Guru

Teknologi pendidikan sendiri dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu sebagai suatu bidang keilmuan, sebagai suatu bidang garapan dan sebagai suatu profesi. Meskipun demikian ketiga perspektif itu berlandaskan pada falsafah yang sama yaitu, membelajarkan semua orang sesuai dengan potensinya masing masing, dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar baik yang sudah ada maupun yang sengaja dibuat, serta memperhatikan keselarasan dengan kondisi lingkungan dan tujuan pembangunan agar tercapai masyarakat yang dinamik dan harmonis.
Berdasarkan konsepsi teknologi pendidikan tugas pokok ahli teknologi pendidikan itu dikategorikan sebagai berikut :
  1. Menyebarkan konsep dan aplikasi teknologi pendidikan, terutama untuk mengatasi masalah belajar   dimana saja.
  2. Merancang program dan sistem instruksional
  3. Memproduksi media pendidikan.
  4. Memilih dan memanfaatkan media pendidikan.
  5. Memilih dan memanfaatkan berbagai sumber relajar.
  6. Mengelola kegiatan belajar dan instruksional yang kreatif
  7. Memperhatikan perkembangan teknologi dan dampaknya dalam pendidikan
  8. Mengelola organisasi dan personel yang melaksanakan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan teknologi pendidikan.
  9. Merencanakan, melaksanakan dan menafsirkan penelitian dalam bidangnya dan dalam bidang lain yang berkaitan dengan teknologi pendidikan.
  10. Penyusunan rumusan kebijakan dalam bidang teknologi pembelajaran

Teknologi Pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengealuasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam betuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif. Teknologi Pendidikan memberi pengetahuan kepada guru tentang bagai mana cara mendidik yang baik antara lain metode dalam pembelajaran

1. Pemilihan Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.Pemilihan metode akan menentukan hasil dari proses pembelajaran
a.       Pembelajaran  aktif
Pembelajaran  aktif  dimaksudkan  bahwa dalam   proses   pembelajaran   guru   harus menciptakan   suasana   sedemikian   rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan  mengemukakan  gagasan.  Belajar  harus merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun  pengetahuannya,  bukan  hanya proses pasif yang hanya menerima penjelasan dari  guru  tentang  pengetahuan.  Pendapat  ini sejalan dengan pendapat Vygotsky bahwa  ada keterkaitan antara bahasa dan pikiran.Dengan aktif  berbicara  (diskusi)  siswa  lebih  mengerti konsep atau materi yang dipelajari. Siswa perlu keterlibatan fisik untuk mencegah mereka dari kelelahan  dan  kebosanan.  Siswa  yang  lebih banyak   duduk   diam   akan   menghambat  perkembangan   motorik,   akademik,   dan  kreativitasnya.  Melalui  belajar  aktif  segala potensi siswa dapat berkembang secara optimal dan  memberikan  peluang  siswa  untuk  aktif
b.      pembelajaran interaktif
Pada proses pembelajaran interaktif, perlu diusahakan  adanya  hubungan  timbal  balik antara guru dan siswa dan antar siswa sendiri. Proses  pembelajaran  inspiratif  yang  diseleng- garakan hendaknya dapat mendorong  semangat untuk belajar dan timbulnya inspirasi pada peserta  didik  untuk  memunculkan  ide  baru, mengembangkan  inisiatif  dan  kreativitas. Guru  berusaha  menciptakan  proses pembelajaran yang menyenangkan, menjadikan siswa merasa nyaman, betah, dan asyik untuk mengikutinya.  Proses  pembelajaran  juga diusahakan  agar  dapat  mengarahkan  siswa untuk mencari pemecahan masalah, mengem- bangkan  semangat  tidak  mudah  menyerah, melakukan   percobaan   untuk   menjawab keingintahuannya. Proses pembelajaran harus dapat  memotivasi  siswa  untuk  berpartisipasi aktif, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat dalam  setiap  peristiwa  belajar  yang  sedang dilakukan.
Guru juga harus memberikan ruang lingkup   bagi   prakarsa,   kreativitas,   dan  kemandirian   sesuai   bakat,   minat,   dan  perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Selanjutnya,  pembelajaran  kreatif  artinya memiliki  daya  cipta,  memiliki   kemampuan untuk berkreasi.
Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran akan menghasilkan generasi yang kreatif, artinya generasi yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan  kegiatan-kegiatan  belajar  yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan   siswa.   Menurut   Semiawan, kreativitas  adalah  suatu  kondisi,  sikap,  atau keadaan  yang  sangat  khusus  sifatnya  dan hampir tak mungkin dirumuskan secara tuntas.
Daya kreatif tumbuh dalam diri seseorang dan merupakan pengalaman yang paling mendalam dan unik bagi seseorang. Untuk menimbulkan daya kreatif tersebut diperlukan suasana yang kondusif yang menggambarkan kemungkinan tumbuhnya  daya  tersebut.  Suasana   kondusif yang  dimaksud  adalah  suasana  belajar  yang memberi kesempatan siswa untuk terlibat secara aktif dan memberi kesempatan pada siswa untuk menambah pengetahuan sesuai kemampuannya.

2. Pemanfaatan Media Pembelajaran
a.       Pembelajaran Berbasis Elektronik (E-learning)
E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya
Karakteristik e-learning ini antara lain adalah:
1.      Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang bersifat protokoler.
2.      Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks)
3.      Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya
4.      Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer
b.      Televisi Pendidikan
Televisi adalah suatu alat elektronik meliputi gambar hidup, dan suara. Televisi memperlihatkan kejadian-kejadian yang sebenarnya disertai dengan suara  yang kemudian dipancarkan melalui stasiun televisi tertentu..Televisi Pendidikan adalah suatu alat elektronoik yang mengambarkan kejadian kejadian(visual),beserta suaranya(audio) yang memberikan pengetahuan kepada siswa Sebagai mana yang telah dijelaskan oleh Ely,1963 tentang defenisi teknologi pendidikan yaitu Komunikasi Audio visual,.  Penerapan teknologi pendidikan pada televisi pendidikan dapat kita lihat dari fungsi televisi tersebut adalah untuk mendidik:
1) Menyajikan suatu peristiwa sebanarnya pada waktu tertentu.melalui televisi kita bisa melihat dan mendengar secara nyata tentang apa yang sedang dilakukan oloeh ahli dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
2)   Televisi menyajikan berbagai peristiwa. Artinya kita bisa mendapatkan berbagai ilmu.
3) Televisi dapat memperlihatkan kejadian masa lampau,baik melalui film, dokumen-dokumen,drama dsb.

Berdasarkan kawasan Teknologi Pendidikan, Guru dapat mengembangkan kemampuannya
a. Perancang proses dan sumber belajar ; dimana lingkup pekerjaannya meliputi perancangan sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran dan karakteristik pebelajar
b. Pemanfaat/pengguna proses dan sumber belajar ; dimana lingkup pekerjaannya pemanafaatan media pembelajaran,
c. Pengelola proses dan sumber belajar ; dengan lingkup pekerjaan meliputi pengelolaan proyek, pengelolaan aneka sumber belajar, pengelolaan sistem penyampaian, dan pengelolaan sistem informasi pendidikan.
d.      Evaluator/peneliti proses dan sumber belajar
Tujuan utama teknologi pendidikan tidak hanya memecahkan masalah belajar tapi juga meningkatkan kinerja.

III PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Jadi guru yang berkualitas adalah guru yang profesional. seorang guru dikatakan profesional jika ia seorang ilmuwan yang dibekali dengan kemampuan dan keterampilan untuk menjadi guru.
Teknologi Pendidikan memberikan inovasi kepada guru untuk meningkatkan kualitasnya mulai dari perancangan pembelajaran,pemilihan media,penggunaan bahan ajar,serta mengevaluasi hasil dari proses pembelajaran itu sendiri

B.     SARAN
Sebaiknya guru terus meningkatkan kualitasnya dengan mempelajari teknologi baru yang sedang berkembang, guru dapat memanfaatkan teknologi pendidikan dalam pembelajaran. Kemudian Guru harus mengembangkan kemampuannya sesuai dengan profesinya

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. Idochi. 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Dean, Joan. 1991 Professional Development in School. Philadelphia: Ohio University Press
Dedi Supriadi. 1998 Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Pustekkom bekerjasama dengan Kencana. 2004
Suara Pembaruan. 1 Mei 2007. Pendidikan yang Melahirkan Pengangguran Intelektual. Jakarta
Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: CV Pustaka Setia

Wirawan. 2002. Profesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Pres

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan pengertian teknologi pendidikan tahun 1977-1994-2004

  Perbedaan pengertian teknologi pendidikan tahun 1977-1994-2004 1.       Tahun 1977 dan 1994 Pengertian Teknologi Pendidikan dalam AECT ( 1977:1) : ” Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana, dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada manusia .” Definisi Teknologi Pendidikan adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi proses dan sumber untuk belajar Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan mencolok kedua paradigma TP tahun 1977 dengan 1994 adalah: a.        Perubahan istilah teknologi pendidikan menjadi teknologi pembelajaran b.       Penekanan orientasi pada definisi tahun 1977 pada praktik, sedangkan orientasi pada definisi tahun 1994 meliputi dua bidang yaitu teori dan praktik. c.        Pada definisi tahun 1977 kawasan kerja bidan

Pengertian Teknologi Pendidikan Menurut Filosofi

  Pengertian Teknologi Pendidikan Menurut Filosofi 1.       Pengertian teknologi pendidikan secara ontologi Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani . Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales , Plato , dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan . Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri). Secara istilah ontologi adalah ilmu yang memperlajari tentang hakikat yang ada ( ultimate reality ) baik jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Didalam pemahaman ontologi ditemukan pandangan-

Definisi Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta Didik

 Definisi Pertumbuhan Dan Perkembangan Menurut Para Ahli Ilustrasi Source : anaksholeh.net a.     Pertumbuhan Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses  pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang  sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses  transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang  herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan  berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan  struktur biologis b.    Perkembangan Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner(1957) bahwa  perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung  dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana  diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi  diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari pengh